Festival Makanan dan Budaya Tradisional ini akan menjadi festival keempat di mana sebelumnya telah diselenggarakan pada tahun 2014, 2016 dan 2019. Selama bertahun-tahun, acara-acara tersebut terus berkembang, baik dalam lingkup dan kualitas. Sementara itu pemerintah daerah di berbagai tingkatan, telah melihat dampak positif dari usaha ini kepada konstituen mereka dan karenanya kami mendapatkan dukungan dari berbagai pihak dan terus berharap akan mendapatkan dukungan dalam berbagai bentuk.
Kami melihat dalam festival yang diadakan pada tahun-tahun sebelumnya menunjukan minat orang dalam hal ini adalah para peserta lomba makanan tradisional untuk lebih menggali kembali resep-resep makanan tradisional yang bervariasi dan kaya dari generasi sebelumnya dan membagikan pengetahuan ini lintas generasi kepada kaum muda. Makanan yang khas dari masyarakat setempat telah semakin popular dan di apresiasi terutama oleh kalangan tamu atau wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Makanan tradisional yang bahannya dari hutan telah menjadi bagian dari obyek wisata kuliner dan budaya masyarakat lokal. Festival ini telah membawa pemahaman orang bahwa hutan menyediakan berbagai sumber makanan secara gratis bagi manusia, sehingga hutan dan lingkungan alam sekitar perlu tetap dijaga agar tidak rusak dan tetap memberikan manfaat dengan sebaiknya bagi kehidupan kita.
Festival makanan tradisional ini telah berhasil mengubah cara pandang orang bahwa makanan tradisional adalah makanan yang kolot dan kampungan, tetapi setelah diadakannya beberapa kali festival makanan tradisional, hal ini menumbuhkan kebanggaan dan percaya diri bagi masyarakat untuk menyajikan makanan tradisional dari alam. Tentu saja kontribusi festival makanan tradisional ini telah memberikan nilai tambah dan kreativitas dengan perhatian dalam hal pengumpulan bahan, proses pengolahan, tampilan penyajian yang menarik, kandungan nutrisi yang seimbang, kebersihan dan cita rasa.
Kegiatan utama dari festival kali ini adalah kebangkitan makanan tradisional dan lokakarya kebudayaan terkait sejarah maupun cerita lisan dari masyarakat Suku Dayak dan Melayu. Dimana festival kali ini memadukan antara makanan tradisional yang merupakan bagian dari aspek budaya dan promosi bentuk tradisi budaya lainnya seperti seni bertutur, permainan tradisional, peragaan busana, musik dan tari yang merupakan upaya untuk membagi pengetahuan lintas generasi.
Oleh karena itu, dengan senang hati kami bermaksud untuk menyelenggarakan festival makanan dan kebudayaan tradisional pada tahun ini yang merupakan rangkaian dari perayaan hari kemerdekaan negara Republik Indonesia dan Festival Danau Sentarum. Dimana kemitraan untuk kegiatan ini akan mencakup: Riak Bumi (tuan rumah) dengan Die Lange Tafel Berlin, People and Plants International (PPI), komunitas Melayu, Dayak, Punan dan Penan, Center for International Forestry Research (CIFOR), Slow Food Indonesia, Oerip Indonesia/Tenun-Aya, MyTransform (sebuah LSM berbasis di Malaysia) dan pihak lainnya. Dan yang terakhir, namun tentu tidak kalah pentingnya adalah pihak pemerintah daerah, terutama dan termasuk bapak Bupati Kapuas Hulu, Camat Kabupaten Batang Lupar, manajemen Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNBKDS) dan perwakilan kantor Gubernur Kalimantan Barat.
Festival tahun 2022 ini dimaksudkan untuk menyediakan platform untuk merayakan masakan tradisional yang bahan bakunya semua berasal dari alam dan aspek lain dari warisan budaya masyarakat setempat yang akan ikut berpartisipasi dalam acara festival ini. Oleh karenanya, tujuan dari festival kali ini adalah untuk meningkatkan:
Lokasi: Lanjak, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, Indonesia.
Waktu: tanggal 19 – 23 Agustus 2022.
Interaksi: Agenda acara ini terbagi menjadi tiga babak yaitu festival makanan tradisional dan workshop anak-anak terkait sejarah lisan atau cerita yang berhubungan dengan makanan tradisional dan perlindungan alam dan lingkungan:
Sebelum acara utama festival, dua hari sebelumnya akan diadakan lokakarya sejarah lisan/menceritakan cerita akan melibatkan sekelompok (sekitar lima puluh) siswa sekolah dasar suku Melayu dan Dayak.
Aktris/sutradara panggung terkenal yang berbasis di Berlin yaitu Isabella Mamatis akan memfasilitasi lokakarya tersebut, mengikuti format teatrikalnya 'Die Lange Tafel' untuk seni dan komunikasi. Dengan format ini, Ibu Mamatis menciptakan interaksi lintas generasi antara orang-orang dari semua lapisan masyarakat, sekaligus menjembatani budaya, agama, dalam bentuk seni. Dia memprakarsai format seperti ini pada tahun 2006, yang sejak itu telah membuktikan dirinya di berbagai pertunjukan publik internasional.
Kegiatan akan berlangsung di gedung olahraga Batang Lupar dan di rumah panjang Kedungkang. Di sana, anak-anak akan melibatkan generasi yang lebih tua dalam dialog seputar cerita, lagu dan resep/praktik memasak tradisional, yang telah mereka pelajari dari nenek moyang mereka, menuliskannya, kemudian melipat semuanya menjadi sebuah kronik.
Kemudian, pada hari pertama festival, di meja panjang, semua akan berkumpul, untuk mencoba berbagai resep dan menikmati pengalaman mencicipi bersama, sementara lembaran sejarah akan diletakkan di tali jemuran untuk dikibaskan angin untuk semua orang untuk membaca dan menanggapinya.
Program babak kedua ini adalah agenda utama festival makanan dan kebudayaan tradisional yang akan berlangsung selama dua hari di dalam dan sekitar komplek Gedung Olahraga Kecamatan Batang Lupar yang terdiri dari:
Adapun peserta dalam acara festival ini ditargetkan sebanyak 250 orang yang terdiri dari: